Sebuah bacaan propaganda yang puitis yang dengan penuh semangat mengajak orang-orang menyerukan nostalgia dan kerinduan yang tak tergoyahkan terhadap Era Keemasan.
Bacaan Propaganda "Kembali ke Era Keemasan"
Sampai hari ini, kami masih menangis untuk Era Keemasan yang gemilang itu .... Itulah kampung halaman kami yang kami impikan. Sekarang tombak Pertikaian menembus sendi-sendinya yang bulat. Kata-kata makian Tipu Muslihat telah menodai wajahnya yang khidmat. Tubuhnya yang mulia terkubur di bawah Sungai Jiwa. Titan Bencana tidak akan mengizinkannya menemui dunia lagi.
Wahai Bapak Langit yang agung, yang menegakkan Takhta Dunia tempat sang fajar tertidur selamanya. Apa kamu pernah menabur benih ramalan yang penuh belas kasihan? Menuntun dunia yang mulia itu kembali ke pihak kita? Yang bisa kita lakukan hanyalah mengusir malapetaka dan menunjukkan ketakwaan kita. Para prajurit akan memotong tombak-tombak Pertikaian dan membakar kata-kata makian Tipu Muslihat. Para prajurit juga akan melawan penguasa tiran Sungai Jiwa. Mengambil tulang-tulang dingin kematian itu dan dari situlah muncul manusia lama yang dilahirkan kembali ....
Itulah kamu, Era Keemasan. Kampung halaman kami yang kami impikan. Kamu menghiasi langit, tanah, dan lautan yang tak terbatas dengan cahaya yang mulia. Kamu menggunakan perjalanan dan keadilan untuk menentukan arah dunia. Dan dengan lembut menyimpan ribuan peristiwa masa lalu di balik tirai. Kecupanmu melahirkan cinta dan persahabatan di dunia. Kamu menyaksikan bagaimana sang Bapak yang mahatahu menundukkan kelopak matanya dan menganugerahkan takdir bahagia kepada semua bangsa.
Bapak Langit di atas, kami tidak pernah berharap untuk kehidupan setelah kematian .... Kami hanya menangis untuk Era Keemasan yang gemilang itu. Karena itulah adalah kampung halaman tempat kami harus kembali.