Terbuka saat Level Karakter mencapai Lv. 40
Sama seperti penyembuh lainnya, gadis itu juga berharap bisa menyembuhkan semua orang.
Dia ingin menenangkan penderitaan manusia fana di tengah dunia yang runtuh. Tapi saat gelombang hitam menelan kota-kota dan wabah menyelimuti mereka yang terluka parah, dia hanya bisa mengusir penyakit dan tidak bisa menghentikan penyebaran keputusasaan.
"Mungkin, seorang penyembuh yang baik membutuhkan lebih dari sekadar ramuan obat yang mujarab ...."
"Tirai berwarna putih susu harus cukup tembus cahaya, kasur tidak boleh terlalu keras ataupun lembut, dan bunga segar harus diletakkan di kepala kasur ... Dengan begitu, di dalam ruangan pun tetap bisa melihat 'warna' yang sama seperti di luar ...."
Dia ingin membawa harapan bagi orang-orang di dunia yang berada di ambang kehancuran, secercah cahaya bersinar dari masa depan.
Ditemani aromaterapi yang menenangkan, seorang gadis sekarat bergumam pada dirinya sendiri di ruangan yang hangat dan nyaman, dan memori lama yang sudah terlupakan perlahan mulai muncul.
"Di hari ayah memberiku kotak musik, di luar juga sedang gerimis. Aku mendengar melodi yang berdenting, dan merayakan ulang tahun terindah di tengah suara rintik hujan ...."
"Aku masih ingat, mawar putih bermekaran di sepanjang jalan. Saat angin bertiup, rasanya seperti sedang turun salju lebat yang sangat harum ...."
"Dan langit itu, di tengah warna biru yang semakin menggelap, muncul seberkas warna oranye ...." Dia mengingat-ingat kembali, "Lalu gelembung-gelembung transparan itu mengelilingiku, seperti ...."
"Seperti sekarang ini ...."
*Tik-tok*, *tik-tok* ....
Jarum jam bergerak di dalam memori, suara narasi berangsur-angsur memudar.
Di tengah suara hujan yang mengalir tanpa henti, yang tersisa hanyalah satu helaan napas yang puas.
"*Tut-tut* ...." Little Ica menundukkan kepalanya dan berbaring dengan sedih di samping boneka poni.
"Little Ica, kamu dengar itu? Dia melihat langit yang kita ciptakan ...."
Di langit-langit kamar, matahari terbenam ke dalam lautan.
Dia memegang tangan gadis yang mulai mendingin, air mata bening mengalir membasahi pipinya.
"Suatu saat nanti, kita pasti akan membuatnya lebih luas dan hangat ...."
"*Tut*!"