Terbuka saat Level Karakter mencapai Lv. 20
Jam saku menunjukkan pukul enam pagi. Aroma rebusan susu dan panggangan roti di dapur pun tercium dari dalam kamar tidurnya yang sempit.
Para tamu sudah mau datang. Dia bangun dengan tergesa-gesa, lalu berdiri di depan pintu. Tiba-tiba tercium aroma oli mesin, kulit, dan tembakau. Sebelum dia sempat membuka mulutnya, beberapa sosok yang tinggi besar sudah melangkah melewati batas pintu.
"Se-selamat datang ...."
Para petualang yang datang dari jauh itu tidak terlalu memperhatikan sambutan bocah ingusan penjaga pintu itu karena sedang sibuk menggembar-gemborkan petualangan mereka beberapa waktu lalu. Entah kenapa, cerita seperti itu selalu menarik perhatiannya, dia sampai menoleh berkali-kali untuk mendengarkannya dengan saksama.
"Cahaya raksasa terpancar dari langit dan menembus sebuah planet yang subur ... Waktu itu aku ada di dekatnya, pesawatku sampai terhempas karena gelombangnya. Aku pertaruhkan nyawaku untuk ambil fotonya ...."
"Itu belum ada apa-apanya, pengalamanku jauh lebih seram. Di tengah perjalanan antarbintang, aku jatuh ke dalam Memory Zone yang tidak kelihatan dasarnya. Di sana penuh dengan monster yang seumur hidup belum pernah kulihat, bahkan ada orang yang kelihatan seperti arwah ...."
"Itu semua — benar-benar payah! Kalian pernah lihat Swarm yang jumlah benar-benar banyak sekali tidak? Waktu itu seluruh planet hancur, tapi aku berhasil keluar hidup-hidup dari sana ...."
Karena kagum saat mendengar cerita penuh kesombongan yang belum jelas kebenarannya itu, dia akhirnya memberanikan diri untuk membuka mulut —
"Pe-permisi ... Aku mau tanya, apa yang harus kupelajari kalau mau berpetualang di alam semesta?"
Obrolan di atas bangku itu pun tiba-tiba terhenti, orang-orang yang ada di sana pun langsung melihat ke arahnya.
"Kenapa, anak ingusan? Kamu juga mau berpetualang di alam semesta?"
"Ya ... Aku ingin jadi petualang yang menjelajahi seluruh alam semesta, sa-sama seperti kakekku."
"Cita-citamu hebat juga! Hahaha!"
"Anak ingusan, jadi petualang itu tidak gampang. Kamu harus bisa pakai senjata, bisa memperbaiki barang, bisa mengenali arah, banyak sekali yang harus dipelajari!"
"Aku tahu ... Kakek selalu mengeluh sering salah arah dan pesawatnya sering rusak. Mungkin aku bisa belajar mengatasi masalah-masalah itu ...."
"Kalian ini tahunya cuma menakut-nakuti anak kecil saja."
Orang tua yang menjadi pemimpin para petualang itu pun berdeham dan melihat ke arah Misha.
"Semuanya bisa dipelajari pelan-pelan. Yang penting kamu pikirkan dulu baik-baik, kamu benaran mau mengejar impian itu? Berapa lama kamu bisa bertahan? Itu baru pertanyaan yang paling penting, Nak."