Passerby of Wandering Cloud

Si tanpa nama terbangun dari tidur panjangnya. Rasa tegang yang jauh namun familier terus berkecamuk, bersama dengan bayangan rasa sakit yang tajam dan jelas. Masa lalunya sudah hancur menjadi pecahan bermata silet dan dia juga sudah lama melupakan namanya.

Dalam pengembaraan tanpa tujuan, dia meminum salju yang turun untuk memuaskan dahaganya, dan memakan binatang buas untuk memuaskan rasa laparnya. Dia pernah memotong cabang ranting yang layu dan menggunakannya sebagai tusuk konde.

Rambut hitamnya yang panjang tidak pernah berhenti tumbuh, seperti mata air yang mengalir deras melalui pegunungan. Dagingnya berkedut dan berdenyut, seperti ikan mas sungai yang berputar dan berkerumun. Kekuatan luar biasa muncul kembali di tubuhnya — menyembuhkan tulang yang retak dan membangun kembali saraf yang pecah dengan iringan rasa sakit yang luar biasa. Setelah siksaan dan penderitaan yang tak berkesudahan, masa lalunya yang hancur mulai tersambung kembali ... Saat melirik bayangannya di pantulan air, seluruh kisah tragis itu mulai terungkap dengan jelas.

Sampai saat wajah di pantulan air itu tidak terlihat asing lagi, si tanpa nama tiba-tiba melihat ada kuncup bunga yang tumbuh di dahan kering.

Dia tiba-tiba tersadar. Kutukan keabadian terus memburuk. Dendam di masa lalu tidak pernah memudar. Karena dia adalah bunga yang baru lahir di dahan kering itu.